Friday, December 30, 2011

Indicator : Give me a break...

Kita semua tahu emosi dapat menghancurkan karir trading anda. Seringkali, keputusan yang didasari emosi akan sulit membuat trader bertahan melewati tahun pertamanya di dunia trading. Tapi ada kambing hitam lain yang juga berperan dalam mempersingkat umur karir trading ini, yakni kesalahan dalam memahami pengunaan (misuse) indikator. Kasian banget dah nasib si kambing....

Pahami bahwa gerak harga pada semua pasar bebas adalah fungsi dari hukum/prinsip supply dan demand. Peluang (opportunity) muncul tatkala perhitungan sederhana ini menjadi tidak seimbang. Semakin besar imbalances, makin besar peluang yang ada. Sebaik apapun strategi yang dimiliki jika mengabaikan fungsi dasar ini, maka bersiap untuk mengepak koper cari pintu keluar. Bisa saja anda habiskan waktu berhari-hari mencari kombinasi indikator yang oleh banyak orang disebut "holy grail" untuk menggapai cita-cita menuju kekayaan/kesuksesan, tapi pada akhirnya anda kembali ke titik nol. Ada alasan mengapa orang melakukan hal ini, yakni THEY HAVE NO IDEA alias tidak tahu bahwa proses permintaan penawaran selalu terjadi tiap detik pada tiap level harga. Indikator-indikator yang pasti adalah turunan dari harga, sudah semestinya lagging. Dan tiap lagging indikator akan menambah resiko dan mengurangi potensi profit margin. Orang betawi bilang: "kemane aje lu? Nyak Babe lu dah kemane-mane..elu nya baru nongol". Jangan salah paham, saya tidak bermaksud berdebat tentang indikator, tapi mari kita letakan penggunaannya pada porsi yang tepat.


Gambar di atas adalah chart dengan MA 20 dan 200, kedua MA ini adalah averages yang umum digunakan kalangan investor. Perhatikan slope dari MA 20 pada area B. Disini slope-nya menunjukan arah turun yang menandakan downtrend sedang berlangsung. Namun pada saat itu, dihadapan anda terpampang jelas peluang buying low risk/high reward karena pada point "B", harga mengunjungi kembali area objektif demand yang sudah ditunjukan oleh point "A".

Mereka yang menggunakan MA sebagai trend filter akan berpikir dua kali untuk melakukan aksi beli saat trend "down". Kelompok trader/investor yang terilusi ini akan mengatakan "saya tidak mau beli sekarang karena trend menunjukan penurunan". Ilusi yang terbentuk karena hanya menggunakan MA sebagai penentu trend akan membuat anda mengabaikan peluang buy (sell) low risk/high reward yang muncul tiap saat. Malahan ilusi ini akan mendorong trader untuk mengambil keputusan berlawanan dari realita informasi objektif yang disampaikan harga.

Moving averages lag karena ia mengambil past data. Ia hanya akan bergerak naik setelah harga naik. Coba kita fokus ke MA 200, khususnya area "B" di bawah MA 200. Mayoritas trader/investor menganggap MA 200 sebagai "garis mistis" karena kebanyakan expert/guru/komentator di TV menggunakannya sebagai acuan. Seperti yang kita lihat, menunggu harga naik di atas MA 200 sebelum melakukan aksi beli bermakna tiga hal:
  1. Resiko untuk beli menjadi tinggi, karena orang yang beli ini melakukannya jauh di atas area demand (point "A")
  2. Potensi profit menurun
  3. Mereka yang menunggu beli saat harga menanjak di atas MA 200, besar kemungkinannya justru adalah sumber profit bagi trader/investor yang realistis beli pada demand level "B"
Pergeseran ketidakseimbangan supply/demand dimulai dari point "A", dan ini tidak ada urusannya dengan MA 200. Menganggap bahwa moving averages sebagai leading the price adalah ilusi belaka. Bisa saja MA bekerja dengan baik, jika dan hanya jika ia selaras dengan supply/demand.

Coba kita lihat dengan kacamata logis yang objektif. Area "A" secara objektif adalah level support (demand). Bagaimana saya dapat katakan bahwa ini adalah support secara objektif? Sederhana, saat harga sideway, supply/demand dalam keadaan balance. Pada contoh di atas, harga melonjak naik dari area keseimbangan ini. Satu-satunya penyebab yang membuat harga rally dari area "balance" adalah jika perhitungan supply dan demand menjadi "out of balance". Dengan kata lain, terdapat lebih banyak buyer yang bersedia dan sanggup beli dibanding seller pada point "A"

Area "B" menunjukan saat pertama kali harga mengunjungi kembali starting point nya. Dengan kata lain, harga turun menuju area yang secara objektif terdapat lebih banyak buyer ketimbang seller. "B" menunjukan area buying low risk/high reward dan ini memberikan anda tiga hal, yakni:
  1. Protective stop akan menjadi lebih kecil pula karena resiko yang diambil lebih kecil
  2. Potensi profit yang diukur dari jarak entry ke area supply diatasnya menjadi lebih besar
  3. Probabilitas keberhasilannya lebih tinggi karena harga berada pada level yang relatif lebih aman.

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan isi komentar dengan sopan dan tidak mengandung unsur kekerasan kata dan pornografi.Terimakasih.

YoeRieTrading